Klasifikasi
Genus
Staphylococcus aureus
mencakup 31 spesies.Kebanyakan tidak berbahaya dan tinggal di atas kulit dan
selaput lendir manusia dan organisme lainnya.Mereka juga menjadi mikroba
tanah.Genus ini dapat ditemui di seluruh dunia.
- Kerajaan : Bacteria
- Filum : Firmicutes
- Kelas : Cocci
- Ordo : Bacillales
- Famili : Staphylococcaceae
- Genus : Aureuses
- Spesies : Staphylococcus aureuses
2.
Morfologi
Bakteri Staphylococcus
aureus berbentuk bulat menyerupai
bentuk buah anggur yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari
bakteri ini umumnya sama dengan bakteri coccus yang lain yaitu :
- Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.
- Warna koloni putih susu atau agak krem
- Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.
- Bersifat fakultatif anaerobic
- Pada umumnya tidak memiliki kapsul
- Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora)
- Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile)
- Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik
- Menghasilkan katalase
- Tahan terhadap pengeringan, painas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %
- Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia tertentu seperti Hexachlorophene 3%.
- Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat alamiahnya adalah pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.
3.
Sifat-sifat Biologi
Staphylococcus Aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif
yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase,
hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus Aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan
lisisnya sel darah merah.Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus Aureus adalah haemolysinalfa, beta, gamma, delta
danapsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksindan eksfoliatin.
Enterotosin
dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi
saluran pencernaan.Leukosid ini menyerangz leukosit sehinggah daya tahan tubuh akan menurun.Eksofoliatin merupakan
toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.(Boyd,
1980; Schlegel, 1994).Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus
Aureusadalah 35o – 37oC dengan suhu minimum 6,7oC
dan suhu maksimum 45,4oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8
dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin
bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya.
Bakteri
ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya
dengan adanya thiamin.
Pada
keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil.Untuk pertumbuhan
optimum diperlukansebelasasam amino, yaituvalin, leusin, threonin, phenilalanin,
tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin.Bakteri ini
tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau
protein. (SupardidanSukamto, 1999).Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga
dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya:
- Eksotoksin-a yang sangatberacun
- Eksotoksin-b yang terdiridarihemosilin, yaitusuatukomponen yang dapatmenyebabkanlisispadaseldarahmerah..
- Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifatleukstik
- Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluro nat di dalam sehingga mempermudah penyebaran bakteri keseluruhan tubuh.
- Grupenterotoksin yang terdiridari protein sederhana. (Supardidan Sukamto, 1999).
Staphylococcus Aureus hidup sebagai
saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lender dari tubuh manusia dan
hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada
waktu batuk atau bersin.
Bakteri ini juga sering terdapat pada
pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus.Selain dapat
menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam
infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan
mastitis pada manusia dan hewan.(Supardi dan Sukamto, 1999).
4.
Struktur Antigen
Struktur antigen dari Staphylococcus aureus terdiri atas :
1. Peptidoglikan
2. Asam
teikhoik
3. Protein
A
4. Kapsul
5. Enzim
dan toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus
aureus menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar dalam jaringan, maupun melalui bahan-bahan ekstraselular yang dihasilkannya. Bahan-bahan tersebut adalah :
aureus menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar dalam jaringan, maupun melalui bahan-bahan ekstraselular yang dihasilkannya. Bahan-bahan tersebut adalah :
a) Katalase,
enzim yang mengkatalisir perubahan H2O2 menjadi air dan oksigen.
b) Koagulase,
adalah protein mirip enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Enzim ini dapat
membekukan plasma oksalat atau plasma sitrat bila di dalamnya
terdapat faktor-faktor pembekuan. Koagulase ini menyebabkan terjadinya
deposit fibrin pada permukaan sel Staphylococcus aureus yang menghambat
fagositosis.
c) Enzim-enzim
yang lain, seperti hialuronidase satu faktor penyebaran, staphylokinase
yang menyebabkan fibrinolisis, proteinase dan beta-laktamase.
d) Eksotoksin,
yang bisa menyebabkan nekrosis kulit.
e) Lekosidin,
yang dihasilkan Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi
rekuren, karena leukosidin menyebabkan Staphylococcus aureus
berkembang biak intraselular.
f) Toksin
eksploatif, yang dihasilkan oleh Staphylococcus
aureus terdiri dua protein yang menyebabkan deskuamasi kulit yang
luas.
g) Toksik
penyebab Sindroma Renjatan Toksik, (toksik shock syndrome
toxin) dihasilkan oleh sebagian besar strain Staphylococcus aureus yang
menyebabkan sindroma shock toksik.
h) Enterotoksin,
dihasilkan oleh Staphylococcus aureus
yang berkembang biak pada makanan, toksin ini tahan panas, dan bila
tertelan oleh manusia bersama makanan, akan menyebabkan gejala muntah
berak (keracunan makanan).
5.
Sumber Penularan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat hidup di
tubuh orang.Banyak orang yang sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi.Fakta, 25-30 % atau 1/3
bagian tubuh kita terdapat bakteri Staphylococcus
aureus.Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa menyebabkan
infeksi. Jika sengaja dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan
infeksi. Biasanya sedikit dan tidak membutuhkan perawatan khusus,
Kadang-kadang, Staphylococcus aureus dapat
menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru)
Penularan dapat terjadi karena :
1)
Mengkonsumsi produk makanan yang tercemar
Mengkonsumsi
produk makanan yang mengandung enterotoksin staphylococcus aureus. Terutama yg diolah dengan tangan, baik yang tidak segera dimasak
dengan baik ataupun karena proses pemanasan atau penyimpanan yang tidak tepat.
Jenis makanan tersebut seperti pastries, custard, saus
salad, sandwhich, daging cincang dan produk daging. Bila makanan tersebut
dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum dikonsumsi, maka staphylococcus aureus yang memproduksi toksin akan berkembang biak dan akan memproduksi
toksin tahan panas. Masa inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan
tercemar sampai dengan timbulnya gejala klinis yang berlangsung antara 30 menit
sampai dengan 8 jam, biasanya berkisar antara 2-4 jam.
2. Patogenesis
Sebagian bakteri Staphylococcus
aureus merupakan flora normal
pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia.
Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. Staphylococcus aureus yang
patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu
meragikan manitol.Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai
dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia,
mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih,
osteomielitis, dan endokarditis. Staphylococcus. aureus juga
merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma
syok toksik.
Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok
merupakan infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau
kelenjar keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi
koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk
dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh
lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi
peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat
menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis
atau infeksi paru-paru
Kontaminasi langsung Staphylococcus aureus pada
luka terbuka (seperti luka pascabedah) atau infeksi setelah trauma (seperti
osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka) dan meningitis setelah fraktur
tengkorak, merupakan penyebab infeksi nosokomial.
Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi
enterotoksin dari Staphylococcus aureus.
Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya
tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat
menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh
rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam.
Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi Staphylococcus aureus timbul secara tiba-tiba dengan gejala demam tinggi,
muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan gagal jantung dan ginjal
pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada
wanita muda yang menggunakan tampon, atau pada anak-anak dan pria dengan luka
yang terinfeksi staphylococcus
aureus. Staphylococcus. staphylococcus aureus dapat
diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis
tidak ditemukan dalam aliran darah.
6.
Epidemiologi
Epidemi di rumah sakit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus merupakan masalah yang sering terjadi berulang. Terjadinya wabah
biasanya berhubungan dengan pasien yang telah menjalani pembedahan atau
tindakan invasif lainnya. Sumber wabah dapat berasal dari pasien dengan infeksi
Staphylococcus aureus yang terbuka atau tertutup, menyebar ke pasien lain melalui perantaraan
udara tapi biasanya melalui tangan paramedis. Staphylococcus aureus sebagai flora normal kulit sering menimbulkan
infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat semestinya ke organ atau
jaringan lainnya (Djafar, 1993).
Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus akan memberikan gambaran bahwa pemberantasan
pada saat ini masih belum memungkinkan, khususnya adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa faktor virulensi.
Jadi investigasi dalam tingkat biologi molekuler harus dilakukan untuk
pemecahan masalah mastitis.
7.
Penyakit Yang Ditimbulkan
1) Infeksi-infeksi Staphylococcus aureus
dari kulit dapat berlanjut ke impetigo (pengerasan
dari kulit) atau cellulitis (peradanagn
dari jaringan penghubung dibawah kulit, menjurus pada pembengkakan dan
kemerahan dari area itu). Pada kasus-kasus yang jarang, komplikasi yang serius
yang dikenal sebagai scalded skin
syndrom.
2) Pada wanita-wanita yang
menyusui, Staphylococcus aureus
dapat berakibat pada mastitis (peradangan
payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul bernanah Staphylococcus aureus
dapat melepaskan bakteri-bakteri kedalam susu ibu.
3)
Staphylococcal
pneumonia sebagian besar mempengaruhi orang-orang
dengan penyakit paru yang mendasarinya dan dapat menjurus pada pembentukan
bisul bernanah didalam paru-paru.
4)
Infeksi dari klep-klep
jantung (endocarditis) dapat
menjurus pada gagal jantung.
5) Penyebaran dari
Staphylococci ke tulang-tulang dapat berakibat pada peradangan yang berat/parah
dari tulang-tulang dikenal sebagai osteomyelitis.
6) Staphylococcal sepsis (infeksi
yang menyebar luas dari aliran darah) adalah penyebab utama dari shock
(goncangan) dan keruntuhan peredaran, menjurus pada kematian, pada orang-orang
dengan luka-luka bakar yang parah pada area-area yang besar dari tubuh.
7) Keracunan makanan
Staphylococcal adalah penyakit dari usus-usus yang menyebabkan mual,
muntah, diare,
dan dehidrasi. Disebabkan oleh memakan makanan-makanan yang dicemari dengan
racun-racun yang dihasilkan oleh Staphylococcus
aureus. Gejala-gejala biasanya berkembang dalam waktu satu sampai enam jam
setelah memakan makanan yang tercemar. Penyakit biasanya berlangsung untuk satu
sampai tiga hari dan menghilang dengan sendirinya. Pasien-pasien dengan
penyakit ini adalah tidak menular, karena racun-racun tidak ditularkan dari
satu orang kelainnya.
8)
Toxic
shock syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh
racun-racun yang dikeluarkan bakteri-bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh dibawah
kondisi-kondisi dimana ada sedikit atau tidak ada oksigen. Toxic shock syndrome
dikarakteristikan oleh penimbulan tiba-tiba dari demam yang tinggi, muntah,
diare, dan nyeri-nyeri otot, diikuti okeh tekanan
darah rendah (hipotensi), yang dapat menjurus pada
guncangan (shock) dan kematian. Mungkin ada ruam kulit yang menirukan terbakar
sinar matahari, dengan terkupasnya kulit. Toxic shock syndrome pertamakali
digambarkan dan masih terjadi terutama pada wanita-wanita yang bermenstruasi
yang menggunakan tampons.
8. Diagnosa
Laboratorium
Untuk pemeriksaan
staphylococcus
aureus secara laboratorium dapat
dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Bahan
pemeriksaannya dapat berupa:
- Nanah
- Darah
- Cairan
otak
- Usapan
luka
Cara
pemeriksaan
1)
Pemeriksaan
langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan
pewarnaan.Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna
Gram.Umumnya bersifat gram positif.Secara mikroskopis tidak dapat dibedakan
antara staphylococcus
aureus patogen dan yang non
patogen.
2)
Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C
akan tumbuh koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya
pigmen.Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada infeksi campuran penanaman pada
media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.
3)
Tes
Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan
pertumbuhan Staphylococcus
aureus dalam media cair dalam
jumlah yang sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan
berarti bahwa Staphylococcus
aureus tersebut menghasilkan
koagulase.Semua staphylococcus aureus
yang tes koagulase positif adalah bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus
aureus albus yang dapat
menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam jantung).
9.
Pengobatan
Pengobatan bakteri Staphylococcus aureus dapat dilakukan dengan cara
:
1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang bersifat bakteriostatik.
2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya untuk mengobati
penderita dengan tepat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap berbagai obat antibiotik yang tersedia di pasaran.
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara sebagai berikut :
a) Cara Cakram
Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar tertentu dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman tersebut terhadap antibiotik bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan membandingkan besarnya diameter zona hambatan dengan tabel
1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang bersifat bakteriostatik.
2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya untuk mengobati
penderita dengan tepat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap berbagai obat antibiotik yang tersedia di pasaran.
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara sebagai berikut :
a) Cara Cakram
Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar tertentu dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman tersebut terhadap antibiotik bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan membandingkan besarnya diameter zona hambatan dengan tabel
Hasil
penilaiannya berupa sensitif, resisten dan intermediate. Kuman yang sensitif
terhadap suatu jenis antibiotik akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih
besar dari jangkauan nilai yang terlihat pada tabel. Kuman yang resisten tidak
menunjukkan adanya zona hambatan pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan
yang diameternya lebih kecil dari jangkauan nilai pada tabel.Diameter zona
hambatan kuman yang besarnya terletak diantara jangkauan nilai pada tabel
berarti kepekaan kuman terhadap suatu antibiotik bersifat intermediate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar