Kamis, 17 Desember 2015

Staphylococcus aureus

Klasifikasi
Genus Staphylococcus aureus mencakup 31 spesies.Kebanyakan tidak berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia dan organisme lainnya.Mereka juga menjadi mikroba tanah.Genus ini dapat ditemui di seluruh dunia.
  • Kerajaan          : Bacteria
  • Filum               : Firmicutes
  • Kelas               : Cocci
  • Ordo                : Bacillales
  • Famili             : Staphylococcaceae
  • Genus              : Aureuses 
  • Spesies            : Staphylococcus aureuses
2.      Morfologi
Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama dengan bakteri coccus yang lain yaitu :
  1. Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.
  2. Warna koloni putih susu atau agak krem
  3. Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.
  4. Bersifat fakultatif anaerobic
  5. Pada umumnya tidak memiliki kapsul
  6. Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora)
  7. Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile)
  8. Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik 
  9. Menghasilkan katalase
  10. Tahan terhadap pengeringan, painas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %
  11. Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia tertentu seperti Hexachlorophene 3%. 
  12.   Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat  alamiahnya adalah pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.
                       
3.      Sifat-sifat Biologi
Staphylococcus Aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus Aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah.Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus Aureus adalah haemolysinalfa, beta, gamma, delta danapsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksindan eksfoliatin.
Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan.Leukosid ini menyerangz leukosit sehinggah daya tahan tubuh akan menurun.Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.(Boyd, 1980; Schlegel, 1994).Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus Aureusadalah 35o – 37oC dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,4oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya.
Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin.
Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil.Untuk pertumbuhan optimum diperlukansebelasasam amino, yaituvalin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin.Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein. (SupardidanSukamto, 1999).Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya:

  1. Eksotoksin-a yang sangatberacun
  2. Eksotoksin-b yang terdiridarihemosilin, yaitusuatukomponen yang dapatmenyebabkanlisispadaseldarahmerah..       
  3. Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifatleukstik
  4. Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluro nat di dalam sehingga mempermudah penyebaran bakteri keseluruhan tubuh. 
  5.  Grupenterotoksin yang terdiridari protein sederhana. (Supardidan Sukamto, 1999).
Staphylococcus Aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lender dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin.
Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus.Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.(Supardi dan Sukamto, 1999).
4.      Struktur Antigen
Struktur antigen dari Staphylococcus aureus terdiri atas :
1.      Peptidoglikan
2.      Asam teikhoik
3.      Protein A
4.      Kapsul
5.      Enzim dan toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus
aureus menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar dalam jaringan, maupun melalui bahan-bahan ekstraselular yang dihasilkannya. Bahan-bahan tersebut adalah :
a)      Katalase, enzim yang mengkatalisir perubahan H2O2 menjadi air dan oksigen.
b)     Koagulase, adalah protein mirip enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Enzim ini dapat membekukan plasma oksalat atau plasma sitrat bila di dalamnya terdapat faktor-faktor pembekuan. Koagulase ini menyebabkan terjadinya deposit fibrin pada  permukaan sel Staphylococcus aureus yang menghambat fagositosis.
c)   Enzim-enzim yang lain, seperti hialuronidase satu faktor penyebaran, staphylokinase yang menyebabkan fibrinolisis, proteinase dan beta-laktamase.
d)     Eksotoksin, yang bisa menyebabkan nekrosis kulit.
e)   Lekosidin, yang dihasilkan Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi rekuren, karena leukosidin menyebabkan Staphylococcus aureus berkembang biak intraselular.
f)  Toksin eksploatif, yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus terdiri dua protein yang menyebabkan deskuamasi kulit yang luas.
g) Toksik penyebab Sindroma Renjatan Toksik, (toksik shock syndrome toxin) dihasilkan oleh sebagian besar strain Staphylococcus aureus yang menyebabkan sindroma shock toksik.
h)  Enterotoksin, dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang berkembang biak pada makanan, toksin ini tahan panas, dan bila tertelan oleh manusia bersama makanan, akan menyebabkan gejala muntah berak (keracunan makanan).
5.      Sumber Penularan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat hidup di tubuh orang.Banyak orang yang sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi.Fakta, 25-30 % atau 1/3 bagian tubuh kita terdapat bakteri Staphylococcus aureus.Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung, tanpa menyebabkan infeksi. Jika sengaja dimasukan dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi. Biasanya sedikit dan tidak membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus aureus dapat menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru)
Penularan dapat terjadi karena :
1)      Mengkonsumsi produk makanan yang tercemar
Mengkonsumsi produk makanan yang mengandung enterotoksin staphylococcus aureus. Terutama yg diolah dengan tangan, baik yang tidak segera dimasak dengan baik ataupun karena proses pemanasan atau penyimpanan yang tidak tepat. Jenis makanan tersebut seperti pastries, custard, saus salad, sandwhich, daging cincang dan produk daging. Bila makanan tersebut dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum dikonsumsi, maka staphylococcus aureus yang memproduksi toksin akan berkembang biak dan akan memproduksi toksin tahan panas. Masa inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan tercemar sampai dengan timbulnya gejala klinis yang berlangsung antara 30 menit sampai dengan 8 jam, biasanya berkisar antara 2-4 jam.
2.      Patogenesis
Sebagian bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. Staphylococcus aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol.Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. Staphylococcus. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik.
Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru
Kontaminasi langsung Staphylococcus aureus pada luka terbuka (seperti luka pascabedah) atau infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka) dan meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi nosokomial.
Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari Staphylococcus aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam.
Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi Staphylococcus  aureus timbul secara tiba-tiba dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan gagal jantung dan ginjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita muda yang menggunakan tampon, atau pada anak-anak dan pria dengan luka yang terinfeksi staphylococcus aureusStaphylococcus. staphylococcus aureus dapat diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran darah.
6.      Epidemiologi
Epidemi di rumah sakit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus  merupakan masalah yang sering terjadi berulang. Terjadinya wabah biasanya berhubungan dengan pasien yang telah menjalani pembedahan atau tindakan invasif lainnya. Sumber wabah dapat berasal dari pasien dengan infeksi Staphylococcus aureus yang terbuka atau tertutup, menyebar ke pasien lain melalui perantaraan udara tapi biasanya melalui tangan paramedis. Staphylococcus aureus sebagai flora normal kulit sering menimbulkan infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat semestinya ke organ atau jaringan lainnya (Djafar, 1993).
Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus akan memberikan gambaran bahwa pemberantasan pada saat ini masih belum memungkinkan, khususnya adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa faktor virulensi. Jadi investigasi dalam tingkat biologi molekuler harus dilakukan untuk pemecahan masalah mastitis.
7.      Penyakit Yang Ditimbulkan
1)   Infeksi-infeksi Staphylococcus aureus dari kulit dapat berlanjut ke impetigo (pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradanagn dari jaringan penghubung dibawah kulit, menjurus pada pembengkakan dan kemerahan dari area itu). Pada kasus-kasus yang jarang, komplikasi yang serius yang dikenal sebagai scalded skin syndrom.
2) Pada wanita-wanita yang menyusui, Staphylococcus aureus dapat berakibat pada mastitis (peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul bernanah Staphylococcus aureus dapat melepaskan bakteri-bakteri kedalam susu ibu.
3)      Staphylococcal pneumonia sebagian besar mempengaruhi orang-orang dengan penyakit paru yang mendasarinya dan dapat menjurus pada pembentukan bisul bernanah didalam paru-paru.
4)      Infeksi dari klep-klep jantung (endocarditis) dapat menjurus pada gagal jantung.
5)  Penyebaran dari Staphylococci ke tulang-tulang dapat berakibat pada peradangan yang berat/parah dari tulang-tulang dikenal sebagai osteomyelitis.
6)     Staphylococcal sepsis (infeksi yang menyebar luas dari aliran darah) adalah penyebab utama dari shock (goncangan) dan keruntuhan peredaran, menjurus pada kematian, pada orang-orang dengan luka-luka bakar yang parah pada area-area yang besar dari tubuh.
7)  Keracunan makanan Staphylococcal adalah penyakit dari usus-usus yang menyebabkan mual, muntahdiare, dan dehidrasi. Disebabkan oleh memakan makanan-makanan yang dicemari dengan racun-racun yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Gejala-gejala biasanya berkembang dalam waktu satu sampai enam jam setelah memakan makanan yang tercemar. Penyakit biasanya berlangsung untuk satu sampai tiga hari dan menghilang dengan sendirinya. Pasien-pasien dengan penyakit ini adalah tidak menular, karena racun-racun tidak ditularkan dari satu orang kelainnya.
8)      Toxic shock syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh racun-racun yang dikeluarkan bakteri-bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh dibawah kondisi-kondisi dimana ada sedikit atau tidak ada oksigen. Toxic shock syndrome dikarakteristikan oleh penimbulan tiba-tiba dari demam yang tinggi, muntah, diare, dan nyeri-nyeri otot, diikuti okeh tekanan darah rendah (hipotensi), yang dapat menjurus pada guncangan (shock) dan kematian. Mungkin ada ruam kulit yang menirukan terbakar sinar matahari, dengan terkupasnya kulit. Toxic shock syndrome pertamakali digambarkan dan masih terjadi terutama pada wanita-wanita yang bermenstruasi yang menggunakan tampons.
8.      Diagnosa Laboratorium
Untuk pemeriksaan staphylococcus aureus secara laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
-        Nanah
-        Darah
-        Cairan otak
-        Usapan luka
Cara pemeriksaan
1)       Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan pewarnaan.Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna Gram.Umumnya bersifat gram positif.Secara mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus aureus patogen dan yang non patogen.
2)        Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C akan tumbuh koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen.Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.
3)       Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan pertumbuhan Staphylococcus aureus dalam media cair dalam jumlah yang sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan berarti bahwa Staphylococcus aureus tersebut menghasilkan koagulase.Semua staphylococcus aureus yang tes koagulase positif adalah bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus aureus albus yang dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam jantung).
9.      Pengobatan
Pengobatan bakteri Staphylococcus aureus dapat dilakukan dengan cara :
1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang bersifat bakteriostatik.
2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya untuk
 mengobati
penderita dengan tepat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap berbagai obat antibiotik yang tersedia
 di pasaran.
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara
 sebagai berikut :
a)
 Cara Cakram
            Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar tertentu dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman tersebut terhadap antibiotik bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan membandingkan besarnya diameter zona hambatan dengan tabel
Hasil penilaiannya berupa sensitif, resisten dan intermediate. Kuman yang sensitif terhadap suatu jenis antibiotik akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai yang terlihat pada tabel. Kuman yang resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari jangkauan nilai pada tabel.Diameter zona hambatan kuman yang besarnya terletak diantara jangkauan nilai pada tabel berarti kepekaan kuman terhadap suatu antibiotik bersifat intermediate.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar